Dikarenakan
struts dipasang menyudut, maka gaya reaksi ke depan (road surface reaction)
atau disingkat R1 akan diberikan ke roda-roada yang cenderung bergerak secara
vertical dari titik tengah ban, kemudian gaya tersebut akan berusaha untuk
mencondongkan strut ke arah dalam kendaraan. Pada saat ini terjadi, gaya
tersebut berusaha mencondongkan strut ke arah dalam kendaraan berkat adanya
komponen strut bearing yang berfungsi untuk menghasilkan torsi gaya tolak R3
(karena bagian atas strut tetap berada ditempatnya), selanjutnya dengan
bertambahnya friksi pada bearing, ditambah adanya pembengkokkan pada strut,
maka akan memperbesar gerakan resistensi pada shock absorber.
Sebagai
tambahan dikarenakan posisi pemasangan spring berada ditengah, makan akan
memberikan keuntungan yang jarak offset yang baik (mengarah keluar kendaraan),
dan dikarenakan dudukan spring lower dipasang miring, maka sisi bagian luar
coil spring akan cenderung mendekat tanpa intervensi ruang, gaya balik pada
spring akan menjadi lebih besar ke sisi luar kendaraan , yang pada akhirnya
menghasilkan torsi lengkung R4, yang berlawanan dengan arah lengkungan R3 dari
strut. Akibatnya, friksi yang diberikan ke bearing di dalam strut akan
berkurang, dan tahanan sliding pada piston rod juga akan berkurang, sehingga
memberikan kenyamanan berkendara.
A : Body outer side coil spring
installation height
B : Body inner side coil spring
installation height
R1 : Road surface reaction force
R2 : Strut axial-reaction force
R3 : Strut bend direction reaction force
R4 : Strut bending force (by spring offset)
installation height
B : Body inner side coil spring
installation height
R1 : Road surface reaction force
R2 : Strut axial-reaction force
R3 : Strut bend direction reaction force
R4 : Strut bending force (by spring offset)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar