Saat matang dan berfungsi penuh,
sebagian limfosit meninggalkan sumsum tulang dan diangkut darah ke jaringan
limfatik. Limfosit ini disebut sel B. Sel B layaknya pabrik senjata di dalam
tubuh. Pabrik ini memproduksi protein, disebut antibodi, yang dimaksudkan untuk
menyerang musuh.
Jalur Sel B
Sel limfosit mengalami proses yang
sangat kompleks sebelum men-jadi sel B. Pertama-tama, mereka terlebih dahulu
harus melalui pengu-jian yang ketat sebelum menjadi tentara yang akan
melindungi kese-hatan manusia.
Pada fase awal, sel B menyusun ulang
fragmen gen yang akan membentuk molekul antibodi. Segera setelah penyusunan
ulang selesai, gen “direkam”. Pada tahap ini, penting diperhatikan bagaimana
sel yang kecil dapat melakukan tugas-tugas yang kompleks seperti penyusunan dan
perekaman. Sebenarnya yang disusun dan dicatat adalah informasi, dan informasi
dapat disusun dan dikelola hanya oleh makhluk yang memiliki kecerdasan. Lebih
dari itu, keluaran setelah penyusunannya sangatlah penting: informasi ini
nantinya akan digunakan dalam pembuatan antibodi.
Transformasi sel B berlanjut terus
dengan cepat. Dengan suatu perintah yang tidak diketahui sumbernya, sel ini
menghasilkan protein “alfa” dan “beta” yang mengelilingi membran sel. Pada
tahap selanjut-nya, terjadi serangkaian proses rumit di dalam sel. Dengan
proses ini sel dapat memproduksi molekul yang membuatnya bisa berikatan dengan
antigen. Terakhir, sel berubah menjadi pabrik yang langsung mengenali musuh
begitu berkontak dengannya. Pabrik ini mampu memproduksi jutaan senjata
berbeda.
Apakah Setiap Sel B yang Dihasilkan
Dapat Bertahan Hidup?
Semakin kita mendalami perincian
sistem pertahanan, semakin ba-nyak keajaiban yang kita temui. Seperti telah
dinyatakan sebelumnya, sel B membuat antibodi. Antibodi adalah senjata yang
dibuat hanya untuk menyerang sel jahat. Lalu, apakah yang akan terjadi jika
senjata buatan sel B ini salah sasaran dan mulai menyerang sel baik? Dalam
kasus ini, sel lain dalam sel B memberi tanda. Tanda ini sebenarnya adalah
perintah untuk melakukan “bunuh diri”. Terakhir, enzim dalam inti sel
diaktifkan dan menghancurkan DNA sel. Tubuh dilindungi oleh mekanisme
auto-kontrol yang berfungsi sempurna. Akhirnya hanya sel B yang mempro-duksi
antibodi perusak musuh saja yang akan tetap hidup.
Pada mulanya sel B hanya terdiri atas
satu inti sel kompak dan sedikit sitoplasma. Sel B lantas mengalami perubahan
menakjubkan saat ber-temu dengan antigen. Mereka membelah diri berkali-kali dan
mem-bangun ribuan titik perakitan da-lam sitoplasma untuk membuat an-tibodi.
Mereka juga membuat sis-tem kanal untuk pengemasan dan pengiriman antibodi.
Dalam satu jam, satu sel B mampu memompa keluar lebih dari sepuluh juta molekul
antibodi.
Inilah sel tunggal yang meng-ubah
dirinya menjadi pabrik yang cukup andal dalam memproduksi sepuluh juta senjata
per jam ketika menghadapi musuh. Kalau kita ingat bahwa sel ini dapat
memproduksi senjata berbeda untuk masing-masing musuh yang jutaan banyaknya,
maka kita dapat lebih memahami sebesar apa keajaiban yang kita bicarakan di
sini.
Sebagian sel B menjadi “sel
pengingat”. Sel ini tidak langsung turut serta dalam pertahanan tubuh. Mereka
bertugas menyimpan catatan mengenai musuh yang telah dihadapi untuk mempercepat
persiapan perang di masa datang. Ingatan mereka sangat kuat. Ketika tubuh
kem-bali bertemu dengan musuh yang sama, dengan cepat dapat dihasilkan senjata
yang sesuai. Dengan demikian pertahanan menjadi lebih cepat dan lebih efisien.
Di sini, kita tak tahan untuk
bertanya: “Bagaimana bisa manusia, yang menganggap dirinya makhluk yang paling
maju, memiliki ingatan yang lebih lemah dari sebuah sel kecil?”
Karena tidak mampu menjelaskan cara
terbentuk dan bekerjanya ingatan seorang manusia yang normal, para evolusionis
tak pernah men-coba menjelaskan keberadaan ingatan ini sebagai yang berkaitan
dengan evolusi.
Jika segumpal daging yang berukuran
seperseratus milimeter hanya memiliki sepotong informasi, dan menggunakan
informasi ini untuk ke-pentingan manusia dengan cara paling akurat, itu saja
sudah merupakan suatu keajaiban. Akan tetapi, yang sedang kita bicarakan di
sini jauh lebih hebat dari itu. Sel menyimpan jutaan informasi untuk
kepentingan manusia dan menggunakan informasi itu dengan begitu tepat dalam
berbagai kombinasi jauh di luar pemahaman manusia. Manusia dapat bertahan hidup
berkat kearifan yang ditunjukkan oleh sel-sel ini.
Sel pengingat adalah sel yang khusus
diciptakan untuk melindungi kesehatan manusia. Dalam penciptaannya, Allah
melengkapi sel ini dengan kemampuan mengingat yang kuat. Jika tidak, tidaklah
mungkin bagi sel ini untuk mengembangkan strategi dengan sendirinya dan dalam
strateginya itu ada tanggung jawab untuk menyimpan informasi. Lebih jauh,
bahkan sel ini tidak menyadari akan kebutuhan untuk melindungi kesehatan;
apalagi kebutuhan untuk menggunakan suatu strategi.
Selain itu, ada pertanyaan penting
lain yang perlu dijawab mengenai ingatan kuat sel pengingat. Setiap detik,
delapan juta sel manusia normal mati dan diganti oleh sel baru. Oleh karena
itu, metabolisme terus-me-nerus memperbarui dirinya. Akan tetapi, waktu hidup
sel pengingat ja-uh lebih panjang dari waktu hidup sel lainnya. Karakteristik
ini yang membantu melindungi manusia dari penyakit berkat adanya informasi
dalam sel pengingat. Namun sel pengingat ini tidaklah kekal, lambat laun mereka
akhirnya akan mati. Pada tahap ini ada suatu kenyataan yang sangat mengejutkan.
Sebelum mati, sel pengingat mengalihkan informasi yang mereka miliki kepada
generasi berikutnya. Manusia sangat tertolong dengan adanya sel pengingat ini
karena dengan cara ini manusia tidak perlu terkena penyakit yang sama yang
telah dialami pada masa bayi (seperti cacar, gondongan, dan lain-lain).
Lalu, bagaimana sel ini bisa tahu
bahwa ia harus mentransfer infor-masi?
Jelaslah ini tidak dapat hanya
dikaitkan kepada sel itu sendiri, melainkan kepada kemampuan yang diberikan
kepadanya oleh Pencip-tanya.
Bagaimana Cara Sel B Mengenali Musuh?
Dalam keadaan benar-benar siap
berperang, sebelum memperta-hankan tubuh, sel B belajar membedakan musuh dari
sel tubuh. Mereka tak perlu berusaha terlalu keras untuk itu, karena sel ini
dan antibodi yang diproduksinya mampu mengenali musuh langsung dari ben-tuknya,
tanpa memerlukan bantuan. Reseptor di permukaan sel telah diprogram untuk
menemukan antigen lalu mengikatkan diri pada beberapa bagian kecil antigen.
Dengan demi-kian antigen diidentifikasi sebagai benda asing. Dengan cara ini
sel B dapat dengan mudah mengenali antigen semisal bakteri.
Apa Fungsi Sel B?
Sel B layaknya penjaga yang selalu
was-pada kalau-kalau ada mikroba. Ketika mer-eka menemukan penyerang, mereka
dengan cepat membelah diri dan memproduksi anti-bodi. Antibodi ini berikatan
dengan mikroba seperti reseptor sel B. Di penghujung kerja keras fagosit dan
sel T, sel musuh yang oleh antibodi ditandai sebagai benda asing, dike-luarkan
dari tubuh. Pada saat menonaktifkan musuh dengan jutaan antibodi, sel B
seka-ligus menandainya untuk sel pembunuh. Di sini, ada satu poin lain yang
penting, yang sama pentingnya dengan menandai dan memusnahkan sel-sel asing.
Bagaimana sedikit gen memproduksi sekian banyak antibodi?
Sebagaimana dibahas secara terperinci
pada bagian “antibodi”, sel B memanfaatkan gen di dalam tubuh manusia untuk
memproduksi anti-bodi. Namun demikian, jumlah gen di dalam tubuh manusia lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah antibodi yang dihasilkan. Ini bukan masalah
bagi sel B. Walau ada keterbatasan ini, mereka berhasil mem-produksi kira-kira
dua juta jenis antibodi per jam.9 Sel B berinteraksi dalam berbagai kombinasi
dengan gen yang ada untuk menghasilkan produksi seperti disebutkan di atas.
Secara harfiah tidaklah mungkin satu sel mampu memikirkan kombinasi ini.
Sel-sel yang tidak memiliki kesadaran ini diberi kemampuan untuk mengikatkan
diri dalam kombi-nasi seperti ini atas kehendak Allah. Ini karena …
“... Dia hanya mengatakan kapadanya:
“Jadilah”. Lalu jadilah ia.” (QS. Al Baqa-rah, 2: 117) !
Tak ada kekuatan di langit dan di
bumi selain Allah yang mampu memberi perintah bahkan hanya kepada satu dari
triliunan sel. Hanya dengan kehendak Allah-lah suatu sel dapat melakukan
operasi mate-matis seperti memproduksi senjata yang paling sesuai untuk menon-aktifkan
setiap musuh yang menyerang sel.
Pasukan Pemberani: Sel T
Setelah diproduksi di sumsum tulang,
sebagian limfosit bermigrasi ke timus. Limfosit ini, yang di sini membelah diri
dan matang, disebut sel T. Sel ini matang membentuk dua kelompok: sel T
pembunuh dan sel T penolong. Setelah pelatihan selama tiga minggu, sel T
bermigrasi ke limpa, nodus limfa, dan jaringan usus untuk menunggu saat
misinya.
Jalur Sel T
Sama seperti sel B, sel T juga
merupakan sel yang sederhana pada awalnya. Bedanya, sel T harus melalui jalan
yang jauh lebih rumit dan melewati serangkaian ujian yang sulit untuk menjadi
sel T yang siap melaksanakan misinya.
Pada ujian pertama, diperiksa apakah
sel ini dapat mengenali musuh atau tidak. Sel ini mengenali musuh dengan bantuan
“KSU” (Kompleks Setara-jaringan Utama, MHC = Major Histocompatibility Complex),
yang ditempatkan di permu-kaan musuh. KSU adalah molekul yang memaksa antigen
melewati serangkaian proses kimia dan menyerahkannya ke-pada sel T.
Pada akhirnya, hanya sel yang mampu
mengidentifikasi musuh saja yang dapat hidup, yang lain tidak ditoleransi dan
langsung dimusnahkan.
Kemampuan untuk mengenali sel musuh
saja belum cukup untuk menjamin hidup sel T. Sel ini juga harus berpengetahuan
luas mengenai zat-zat yang tidak berbahaya dan jaringan tubuh manusia yang
normal, sehingga dapat mencegah konflik yang tidak diperlukan, yang akhirnya
akan merugikan tubuh.
Diferensiasi Sel T Menurut Perintah
yang Diterimanya
Perang belumlah berakhir untuk sel T.
Sebagian calon sel T memus-nahkan diri sendiri setelah menerima satu sinyal
khusus dari sel lain. Sangat sedikit informasi tentang sinyal yang menyebabkan
sel T mem-programkan kematiannya, atau melanjutkan hidup, atau menjadi dewa-sa
dan mentransformasikan dirinya. Dari sudut pandang ilmiah, hal ini masih
menjadi salah satu misteri sistem pertahanan yang belum terpe-cahkan. Banyak
sel serupa di dalam tubuh kita menerima sinyal dari suatu tempat, dan memulai
fungsinya setelah menerima sinyal itu. Bagaimanakah sel ini, yang saling
mengirim sinyal antara satu dengan lainnya, mengetahui kapan dia perlu mengirim
sinyal? Mahlon B. Hoagland juga mengangkat pertanyaan yang sama dalam bukunya
The Roots of Life:
Bagaimana sel-sel tahu kapan harus
berhenti tumbuh? Apa yang memberi tahu mereka bahwa ukuran organ yang mereka
susun belum sesuai?…Bagaimanakah sifat sinyal yang menghentikan pembelahan
diri? Kita belum tahu jawabannya dan kita terus mencari jawabannya. 10
Memang, misteri tentang sistem sinyal
di antara sel masih belum terpecahkan. Satu sel batang biasanya diharapkan
membelah diri dan membentuk dua sel baru dengan sifat-sifat yang sama. Namun,
ada semacam tombol tersembunyi di dalam salah satu sel yang menye-babkan
transformasi mendadak dalam sel. Sel yang baru ini adalah sel T yang akan
berperang untuk tubuh manusia. Hal ini membawa kita kepa-da pertanyaan: Mengapa
sebuah sel mentransformasikan dirinya menja-di sel lain yang sangat berbeda ?
Sains belum dapat menjawab pertanyaan
ini. Sains dapat menjawab pertanyaan mengenai bagaimana sel mentransformasikan
dirinya, tetapi tidak pernah dapat menjelaskan mengapa sel ini menginginkan
menjadi sel prajurit. Sains juga tidak dapat menjelaskan siapa yang memprogram
sel supaya menjadi sel yang mempertahankan tubuh pada saat dibutuh-kan.
Hanya mereka yang mengetahui adanya
Allah yang dapat mema-hami sepenuhnya jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Jenis-Jenis Sel T
Sel T terdiri atas tiga kelompok: sel
T penolong, sel T pembunuh, dan sel T penekan. Setiap sel T memiliki molekul
KSU khusus yang mem-buatnya mampu mengenali musuh.
Sel T Penolong
Sel ini dapat dianggap sebagai
administrator di dalam sistem per-tahanan. Pada tahap-tahap awal perang, ia
menguraikan sifat-sifat sel asing yang diabsorpsi oleh makrofag dan sel
penangkap antigen lainnya. Setelah menerima sinyal, mereka merangsang sel T
pembunuh dan sel B untuk melawan. Stimulasi ini menyebabkan sel B memproduksi
antibodi. Sel T pembunuh menyekresikan molekul yang disebut limfokin untuk
merangsang sel lain. Molekul ini menghidupkan tombol pada sel lain dan mulai
menyalakan alarm perang.
Kemampuan sel T penolong menghasilkan
molekul yang meng-aktivasi molekul lain, merupakan proses yang penting.
Pertama, produksi molekul ini berhubungan dengan strategi perang yang akan
datang. Jelas sel T tidak dapat membuat strategi itu sendiri. Jelas pula bahwa
strategi ini tidak datang hanya dengan suatu kebetulan belaka.
Lagipula, mengembangkan strategi
belumlah cukup. Molekul di da-lam sel, yang akan menyalakan tombol untuk
memulai produksi pada sel lain, harus disintesis dengan tepat. Untuk itu, dia
harus betul-betul tahu mengenai struktur kimia sel lawan. Satu kesalahan saja
pada produksi molekul ini akan melumpuhkan keseluruhan sistem pertahanan. Ini
kare-na suatu pasukan tanpa suatu komunikasi akan dimusnahkan bahkan sebelum
pasukan ini meluncurkan pertahanannya.
Keberadaan molekul ini saja sudah
cukup untuk membuktikan kemustahilan teori evolusi, karena prasyarat sistem
pertahanan adalah adanya molekul ini sejak awal. Jika sel T penolong gagal
menyiagakan sel lain dengan bantuan molekul limfokin, berarti tubuh manusia
menyerah kepada virus.
Sel T Pembunuh
Sel T pembunuh adalah unsur paling
efisien dalam sistem pertahanan. Pada bab-bab sebelumnya, kita telah
mempelajari bagaimana virus dinon-aktifkan oleh antibodi. Namun demikian, ada
kasus saat antibodi tidak dapat mencapai virus yang telah menyerang suatu sel.
Untuk kejadian seperti ini, sel T pembunuh membunuh sel yang sakit yang telah
diserang oleh virus.
Pengamatan saksama mengenai cara sel
T pembunuh membunuh sel yang sakit menyingkapkan suatu seni dalam penciptaan
dan suatu kearifan yang sangat agung. Sel T pembunuh terlebih dahulu harus
membedakan antara sel normal dan sel yang di dalamnya terdapat musuh yang
bersembunyi. Sel T pembunuh mengatasi masalah ini dengan bantuan sistem molekul
KSU yang telah ada padanya. Ketika mereka melihat sel yang telah diserang,
mereka menyekresikan suatu bahan kimia. Sekresi ini melubangi membran sel
dengan cara berbaris berdampingan sangat berdekatan dalam suatu lingkaran.
Selanjutnya sel mulai bocor dan sel mati.
Sel T pembunuh menyimpan senjata ini
dalam bentuk granular. Dengan demikian senjata kimia ini selalu siap digunakan.
Para ilmuwan takjub ketika menemukan kenyataan bahwa sel memproduksi
senjata-nya sendiri dan menyimpannya untuk digunakan pada masa yang akan
datang. Bahkan lebih menakjubkan lagi adalah rincian cara sel ini memanfaatkan
senjata kimianya.
Ketika musuh mendekati sel tuan
rumah, mikrogranular ini bergeser ke ujung sel searah dengan musuh. Kemudian
mikrogranular menyentuh membran sel, melebur ke dalamnya, dan sambil
mengembangkan ukur-annya, mikrogranular melepaskan zat yang ada di dalamnya.
Sel
Pembunuh Alamiah: “PA”
Limfosit yang diproduksi di dalam
sumsum tulang ini, juga tersedia di limpa, nodus limfa, dan timus. Fungsi
mereka yang sangat penting adalah membunuh sel tumor dan sel pembawa virus.
Dari waktu ke waktu, sel-sel
penyerang melakukan cara-cara yang jahat. Kadang mereka bersembunyi dengan
sangat rapi di dalam sel tubuh sehingga baik antibodi maupun sel T tak dapat
mengenali musuh ini. Segala sesuatu tampak normal dari luar. Dalam keadaan
seperti itu, sistem pertahanan bagaimanapun menduga adanya anomali dan sel PA
segera menuju daerah tersebut melalui darah. Limfosit pembunuh mengelilingi sel
tempat musuh bersembunyi ini dan mulai memper-mainkannya. Saat itulah sel musuh
dibunuh oleh zat racun yang di-injeksikan ke dalamnya.
Bagaimana sel-sel ini mengenali musuh
masih merupakan pertanyaan yang belum terjawab. Reseptor yang seharusnya ada di
permukaan dan memungkinkan mereka mengenali sel target belum ditemukan. Oleh
karena itu mekanisme yang digunakan untuk mengenali musuh belum dipahami dengan
jelas.
Dengan
seluruh teknologi yang ada, manusia masih belum mampu menyelesaikan rincian
yang digunakan oleh sistem ini untuk meng-identifikasi musuh. Barangkali
kemajuan teknologi di masa datang akan memberikan seberkas sinar pada sistem
ini sehingga masalah ini tidak lagi merupakan misteri. Ini juga akan menjadi
bukti yang menyata-kan kesempurnaan sistem yang ada sekarang dan bukti tentang
rumitnya perencanaan yang terlibat dalam penciptaannya.
Sel Darah
- Trombosit
Proses
penggumpalan (koagulasi) darah sudah dianggap kejadian biasa yang sering
terabaikan. Namun demikian, jika saja sistem sem-purna yang memungkinkan
penggumpalan darah ini tidak ada, manusia akan mengalami risiko yang cukup
berarti dan bahkan pen-darahan yang menyebabkan kematian hanya dari satu luka
ringan. Trombositlah salah satu sel darah, diproduksi di sumsum tulang, yang
melaksanakan tugas ini. Penggumpalan darah juga melibatkan suatu bahan yang
disebut serotonin. Yang disebutkan terakhir ini berperan penting dalam reaksi
alergi.
-
Eosinofil
Sel
darah ini memiliki kemampuan untuk melakukan fagositosis, yaitu memusnahkan
setiap sel asing yang memasuki tubuh.
-
Basofil
Basofil
adalah sel darah berinti tunggal yang kasar dan besar. Jumlahnya dalam darah
hanya sedikit, tetapi banyak di kulit, di dalam dan di sekitar limpa, serta di
jaringan konektif usus.
- Neutrofil
Dengan
suatu kualitas antibakteri, sel-sel darah ini melindungi organisme dari bahan
benda-benda asing. Selain itu sel-sel ini membantu sistem pertahanan dengan
kemampuan fagositosisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar